Tuesday, September 15, 2009
Rambut yang Bersahaja
Thursday, August 27, 2009
Nyikso Kewan
Sunday, August 23, 2009
ring tone toet-toet
aku sadari belakangan ini makin banyak suara kodok, nyamuk. bersin sampe toet-toet tukang somay jadi ringtone. Kayanya ringtone suara digital sampai potongan lagu sudah mulai ditinggalkan deh. Aku kok jadi menangkap trend kerinduan akan suasana alami yaa. Orang-orang sudah mulai bosen dengan yang maya dan serba digital, mereka merindukan offline lalu keluar ke depan rumah, untuk menyapa tetangga, melihat anak-anak kecil bermain petakumpet, nongkrong bareng tukang somay yang lagi mangkal. Jadi online lah secukupnya dan mulailah kembali menyapa tetangga kita:)
Thursday, August 20, 2009
Monday, August 17, 2009
cin(t)a
Kali Code
this is my fav when i come to jogja. tertawa bersama sepanjang malam sambil ngobrol ngalor ngidul bersama teman-teman di angkringan yang stok teh jaenya ndak pernah habis:) hehehehe. Pertemuan ini juga sangat kebetulan aku dari jakarta, bli dari gorontalo langsung gabung bareng iwan, eduin dan singgih yang selalu standby di jogja :)
fotobox
Tuesday, July 28, 2009
menjelang pemotretan
CD : idene kurang stand out, gimana kalo bla bla bla
kriiiiing
Klien : wan tolong cariin model
Klien : budget sejuta buat sekeluarga
click
Temenku 01 : ada tapi sabtu yaaa
AD : trus libur ku kapan wan
Temenku 02 : udah biar fotografernya ajah yang nyariin, budgetnya 15 juta....
Ndas ku meh pecah, tak tidur dulu yo..kupastikan kalian semua senyum besok :)
Friday, July 24, 2009
AdWorker KW2
Oalah lelakon…lelakon
Wednesday, June 17, 2009
Blanja-blanji
Saya membaca liputan tentang trend belanja di surat kabar nasional minggu lalu. Salah satu pusat perbelanjaan menggunakan tema Summer Sale untuk moment diskon yang mereka gelar. Nah saat dikonfirmasi kenapa menggunakan “musim panas” di Indonesia, alasannya hanya sekedar agar terdengar catchy dan sesuai dengan liburan. Lho tema pemasaran kok yo Cuma dilandasi enak didengar hehehehehe.
Kartu Kredit
Suatu siang disaat deadline datang menderu, munculah seorang sales kartu kredit menawarkan beberapa diskon makan untuk jaringan restaurant yang berkerjasama dengan perusahaan kartu kreditnya. Untuk 10 menit saya menjadi pendengar yang baik. Kemudian dia mulai menanyakan kartu kredit yang saya gunakan, hmmm tentu saja kujawab “saya ndak punya kartu kredit je mas”. Sang sales ini pun dengan gigih menanyakan kembali apakah saya berniat membuat kartu kredit, hmmm dengan mantab saya jawab “ wuaaah ndak je mas”. Lha di Pasar Benhil, Soto Ceker Jl Sabang, Gultik blok M, Nasi Kumal Kelapa Gading atau di Sate Kambing Pasar Jatinegara yang sudah kondang maknyoss dari Pak Bondan, kartu kredit ndak laku je…”yo sorry wae yo dab!! Hehehehe”.
Dapur Mengepul
“suwun yo dab, transferan kalian sudah masuk. Dapurku mengebul kembali” sebuah sms yang diterima art director ku dari teman kita seorang illustrator di jogja. “Wuaaaah yak cip!! Alhamdulilah mugi-mugi Gusti Allah paring kasembadhan”, bathin ku hehehe. Sebuah akhir dari transaksi yang menyenangkan. Kita puas dengan artwork-nya dengan standar yang tinggi dan ternyata “transferan” kita bisa bermanfaat buat keluargane temenku.
Grand Indonesia
Nggumunanku mule kumat saat baru saja keluar lift Mal Grand Indonesia. Wuaduuuh malnya eksklusif
Oiyo kedatanganku ke sini ki dalam rangka reunian critane, bersama Upa yang hampir 4 tahun ini kita ndak ketemuan. Wah
Friday, April 17, 2009
Yahoo Mail kok Ngoyo
Wednesday, February 25, 2009
beard
now, i am getting a big boys.
make love with brand
understanding her and their people
fell what people need and she want to give
made her more connected with people
hide and seek with client
singing loud for spirit
enjoy movie on my office theater
tshirt-jeans-sneaker
unnoat curly hair
"ginastel" tea on morning
karedog lunch was the best vitamin
hehehehe
Friday, February 20, 2009
Jakarta
Genap sebulan lebih beberapa hari saya disini. Tinggal di pusat kota dan larut dalam hiruk pikuk anak-anak muda yang berbaju rapi setiap pagi. Saya tetap kaosan, jeans2an tapi larut juga, lewat jalan yang sama, tinggal di kost yang sama, lewat jembatan penyebrangan yang sama dan berpapasan dengan mereka setiap hari. Namun saya tetap tidak mengetahui seperti apa rasanya bekerja, di Jakarta ini saya tetap saja bermain, mengerjakan hal-hal yang saya suka sambil bernyanyi-nyanyi kemudian saat sudah capek.. baru pulang ke kost.
Wednesday, January 07, 2009
Viral Buat Jalur Gaza
Efek pemberitaan yang selalu diperbarui setiap saat oleh media, mampu membelalakan mata dunia. Seluruh manusia dari berbagai belahan dunia memberikan reaksi beragam. Mulai dari aksi simpati terhadap korban yang setiap detik berjatuhan hingga kecaman keras atas semua pelaku kekerasan.
Beragam pesan pun diteriakan oleh berbagai pihak. Tidak hanya dari umat muslim, Kaum Kiri dari Partai Komunis
Beberapa aksi
Aksi secara personal ini memiliki pemicu yang sama yaitu pemberitaan media. Sesaat setelah berita kekerasan diterima melalui situs berita di internet, berita di koran, radio atau televisi. Otak akan mencerna dan kemudian memberikan respon untuk bertindak, kepekaan setiap orang turut mempengaruhi ragam reaksi yang diberikan. Bagi seorang yang religius ia akan berdoa dan mengajak beberapa teman dekat berdoa bersama bagi keselamatan dan perdamaian disana. Bagi seorang aktivis perdamaian ia akan menyerukan perdamaian dengan aksi simpati seperti bersama menggunakan kaos putih selama seminggu sebagai simbol perdamaian. Aksi simpati ini akan disampaikan pada teman-teman dekatnya. Menarik untuk dicermati bahasa non verbal pada aksi simpati ini dapat disimbolkan pada benda-benda pribadi yang dapat digunakan secara personal dimanapun namun menyampaikan pesan yang sama. Seperti kaos putih sebagai simbol perdamaian, sorban merah pun mampu menyimbolkan perlawanan bagi umat muslim yang tertindas. Semangat yang dikobarkan oleh aksi simpati ini secara langsung memang terhalang ruang dan waktu, namun semangatnya mampu mengispirasi dan membakar orang-orang yang berada disekitarnya.
Aksi lebih nyata adalah bantuan secara materil yang dapat disalurkan melalui sms melalui telepon seluler seperti SMS yang saya terima berikut
” Assalamualaikum, Mari membantu saudara kita di Gaza.
Ketik MERC PEDULI sms ke 7505 infaq Rp. 5000 / sms.
Semoga Allah memudahkan urusan ke muslimin. Amin.
Mohon dibantu untuk menyebarkannya”
Pesan sms ini saya terima dari teman dekat, ia hanya merekomendasikan ke beberapa teman dekat. Sebagai penerima saya pun menerimanya sebagai pesan penting yang saya rekomendasikan lagi ke beberapa teman dekat saya. Proses merekomendasikan ini menjadi poin penting pada penyebaran pesan ini, karena terdapat seleksi bagi orang-orang yang akan menerima. Proses penyebaran pesan seperti ini lah yang disebut dengan Viral. Viral berasal dari kata virus karena memiliki pola penyebaran yang menjangkiti tanpa bisa dihentikan, hingga orang yang terjangkiti memutuskan untuk menghentikan penyebarannya dengan minum obat. Analogi yang sama menjadi ciri khas penyebaran pesan melalui viral, dimana sebuah pesan akan terus menjangkiti selama orang yang menerima merasa bahwa pesan ini penting dan perlu direkomendasikan.
Dalam ilmu komunikasi, Pola ini disebut alur komunikasi satu tahap atau bullet theory atau pola jarum hypedermis berikut skemanya.
Sumber atau pengirim pesan disebut opinion leader yaitu orang yang mendapatkan informasi dan dianggap lebih memahami pesan.
Audiens atau penerima pesan disebut follower yaitu orang yang menerima rekomendasi.
Penyampaian disimbolkan dengan sebuah jarum yang menyuntikan pesan kepada audiens secara personal, karena setiap audiens diasumsikan tidak saling berhubungan dan mereka sangat mempercayai rekomendasi yang diberikan oleh opinion leader.
Dalam proses penyebaran viral ini, setiap follower yang merasa bahwa pesan aksi simpatik atau bantuan yang ia terima adalah penting. Ia akan melakukannya dan menjadi opinion leader untuk merekomendasikan kembali pada orang-orang disekitarnya.
Pola komunikasi antar personal ini menjadi lebih efektif jika dibandingkan komunikasi massa. Karena karakter isu yang disampaikan sensitif terhadap sikap politik dan kepercayaan personal. Untuk itu pesan ini akan mudah tersebar jika karakter pesan sesuai dengan karakter sikap politik dan kepercayaan audiens yang menerimanya.
Fenomena viral memungkinkan setiap orang untuk menyampaikan sikap secara personal. Fenomena ini mematahkan dominasi pemerintah dan lembaga-lembaga yang membawahi sebuah komunitas seperti OKI, sebagai lembaga yang didelegasikan oleh masyarakat untuk menyampaikan reaksi sikap mereka. Maka jika aksi demonstrasi mendesak pemerintah atau OKI untuk menghentikan aksi penyerangan Israel tidak digubris dan tidak menimbulkan reaksi apa-apa karena berbagai macam pertimbangan mereka sebagai lembaga internasional. Viral dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam menggalang kekuatan massa melalui gerilya personal. Terutama jika kita menyadari bahwa dengan berkembangnya teknologi informasi seperti saat ini, Pola penyebaran Viral dapat melintas ruang dan waktu menjangkau seluruh manusia dari berbagai belahan dunia.
Tuesday, January 06, 2009
Pejabat Negara Sebagai Brand Ambassador bagi Partai
Menjelang pemilu 2009, dialog antar partai ramai digelar sebagai pola pembelajaran dan sosialisasi partai bagi target audiennya yaitu calon pemilih. Setiap partai akan membeberkan visi, misi dan tak lupa janji-janjinya saat terpilih. Selain itu terdapat point penting yang juga disampaikan secara dominan pada setiap dialog yaitu portfolio kesuksesan kader yang menjabat sebagai pejabat Negara.
Portfolio kesuskesan ini menjadi unique selling prepotition yang ditonjolkan. Kesan pertama yang saya liat adalah ketidak adilan karena telah mengklaim kebijakan sukses seperti BLT atau pemberantasan KKN sebagai kesuskesan partai, karena saya melihat kesuksesan program ini adalah kerjasama dari berbagai elemen yang juga berasal dari berbagai macam partai yang berbeda.
Brand Ambassador atau personifikasi dari merek, adalah orang yang dilihat oleh target audiens sebagai personifikasi dari perilaku dan sikap dari merek. Kader partai yang menjabat posisi penting di pemerintah juga membawa identitas partai pada dirinya. Masyarakat pun memandang mereka sebagai perwakilan atau personifikasi dari partai asalnya. Konsekwensinya setiap tingkah laku dan kebijakan yang diterbitkan juga akan dilihat oleh masyarakat sebagai portfolio dari partai.
Dari sudut pandang masyarakat umum sebagai target audien, pemilih. Brand Ambassador akan berdampak saat totalitas pengabdian dan kinerja maksimal bagi rakyat, maka secara otomatis pujian dan prestasi yang diraih akan menjadi portfolio bagi partai. Citra positif ini bisa dilihat pada partai Demokrat yang mendapat wangi dari totalitas kinerja dan pengabdian Presiden SBY.
Sebaliknya citra negatif pun akan melekat saat kader partai terlibat KKN dan terungkap KPK, maka secara otomatis pula akan menjadi portfolio yang buruk bagi partai. Kasus korupsi Al Amin Nasution akan menjadi portfolio buruk bagi PPP yang diwakilinya.
Lalu bagaimana dengan partai-partai yang baru saja lolols verifikasi. Terdapat beberapa cara yang dapat kita pehatikan dari kampanye yang mereka lakukan, yaitu memilih ketua partainya sebagai brand ambassador. Seperti yang dilakukan Gerindra dengan Prabowo dan Hanura dengan Wiranto. Masyarakat tinggal mengasosiasikan Prabowo untuk mengenal Gerindra begitu juga Wiranto sebagai personifikasi dari Hanura.
Komunikasi Visual Partai yang Anarkis
Menjelang Pemilihan Umum 2009 ini. Partai-partai yang telah lolos verifikasi berlomba-lomba untuk mengkomunikasikan partainya, dari logo partai, wajah ketua partai hingga caleg di tingkat pusat dan daerah. Komunikasi Merek Partai secara massif ini dimaksimalkan untuk menarik perhatian, simpatik dan dukungan dari pemilih. Tingginya tingkat kepentingan partai akan jumlah suara, memaksa mereka untuk bekerja ekstra keras dalam proses komunikasi ini. Reklame pun mulai tersebar di lini atas dan bawah. Untuk lini atas televisi hanya didominasi oleh beberapa partai besar dengan struktur keuangan yang kuat.
Perang visual justru jelas terlihat sengit pada media luar ruang. Era digital printing memungkinkan billboard, spanduk, poster dan rontek dimaksimalkan sebagai amunisi dalam membombardir area visual pemilih di wilayahnya masing-masing. Penempatan media kemudian menjadi penentu penyampaian komunikasi karena lokasi menentukan kontak dengan pemilih. Semakin mendekati lokasi aktivitas dan rutinitas pemilih akan semakin baik, karena media luar ruang akan semakin sering dilihat.
Pada realitanya penempatan media luar ruang banyak yang dilakukan secara anarkis tanpa mempertimbangkan ekstetika
Komunikasi massif dengan orientasi kuantitas ini kian hari kian gencar dalam mengekspansi wilayah promosi mereka. Target audien tidak lagi dipilih secara selektif sehingga mendorong pola strategi komunikasi yang seporadis seperti ditembakan dari senapan mesin ke berbagai arah tanpa fokus yang jelas. Secara logika memang metode ini memungkinkan untuk mengenai target audiens. Dimana pemilih menerima pesan setelah diterpa ratusan poster yang mendominasi visualnya menuju kantor selama seminggu terakhir. Keefektifan yang rendah bagi setiap peluru yang ditembakkan membuat pola kampanye seperti ini menjadi mahal.
Sejatinya, komunikasi pada partai memiliki misi dalam meningkatkan kesadaran merek pemilih akan partai tertentu. Pada pola komunikasi yang berhasil, posisi partai akan mencapai top of mind di benak pemilih. Sehingga saat hari pencontrengan (check list day) tiba, partai yang berada di top of mind inilah yang akan mereka contreng. Tentulah serupa dengan caleg, mereka yang berhasil menduduki posisi top of mind akan mendapatkan suara dukungan dari pemilih.
Realita perang visual di media luar ruang tadi, selain membuat proses komunikasi menjadi mahal. Di mata pemilih beraneka media luar ruang menjadi sampah visual yang mengganggu keyamanan rutinitas mereka. Tak ada lagi taman yang hijau dan rapi, tak ada lagi pohon peneduh yang berkayu coklat dan hilangnya beberapa karya arsitektur yang telah menjadi bagian dari landskap