http://www.blogger.com/html?blogID=18866661 Edit HTML eruan: January 2010

Sunday, January 31, 2010

Metromini Pit Stop

Erangannya yang menggelegar bersahutan seolah tak sabar untuk segera berlari di lintasan ruas-ruas kemacetan Ibu Kota. Saat ini merupakan angka merah terakhir di bulan pertama 2010, tanggal merah adalah hari berjalan-jalan bagi semua pekerja yang berarti para kernet akan sibuk bekerja ekstra mengundang penumpang dengan berteriak-teriak lebih kencang dari teriakan kernet lain, jeritan klakson yang melengking panjang serta alunan dangdut treble version dari penjual mp3 dan vcd bajakan. Semuanya berlomba untuk menonjol agar penumpang penuh dan metromini pun akan segera mengambil ancang-ancang untuk melesat. Berlari sesegera mungkin mengantarkan para penumpang ketujuannya dan kembali ke Pit Stop untuk mengangkut penumpang berikutnya. Mobilisasi pekerja kelas menengah ini memang cukup menggiurkan, dengan posisi di bagian bawah segitiga Muslow ditambah keluarga mereka menjadi jumlah yang menjadi alasan para metromini untuk meningkatkan jumlah lap yang dapat diraih dalam satu hari.



Saturday, January 30, 2010

Al Quran

Ku paksa mataku untuk bergerak melawan arah baca yang diajarkan di sekolah, sebaris huruf yang saling sambung menyambung ku eja satu persatu dengan panduan garis lurus di atas dan di bawah, tanda mirip koma besar di atas hingga tanda yang kata guru ngajiku seperti sisir di atas. Huruf-hurufnya pun unik, berbeda dengan yang diajarkan di sekolah. Memang sih beberapa ada yang sama dengan diajarkan di pelajaran Bahasa Indonesia, tapi bunyinya berbeda. Proses membacanyapun bertahap dimulai dari huruf-huruf yang berbaris tiga-tiga dengan tanda berbeda-beda , lalu tiga huruf disambung menjadi sebuah kata, lalu kata-kata tadi dirangkai menjadi sebuah kalimat. Hmmm cantik sekali karakter arab yang kuat tersaji dari huruf-hurufnya yang unik, lebih merdu lagi jika guru ngajiku yang melantunkan. Seolah angin surga mendinginkan suasana dan meredakan suara gaduh kawan-kawanku yang saling bercanda. Berbagai metoda belajarnya pun telah kukhatamkan dari juz`ama hingga Iqra dan hingga saat ini aku mulai lancar membaca Al-Quran walau dengan menghajar pakem tajwid yang berlaku.

Siang tadi aku mengobrol dengan kawanku, entah kenapa sabtu siang ini begitu panas. Kami pun memutuskan untuk menikmati teh Tong Jie di food court Plaza Semanggi. Dia bercerita tentang seorang pria Yahudi yang menjadi kaya raya saat menemukan kota milik kaum Nabi Luth yang dibenamkan Allah, saat ia temukan tentu telah beribu-ribu tahun lamanya dan kini telah menjadi ladang minyak. Petunjuk ini ia ambil dari sejarah yang dibacanya dari Injil dan sejarah ini juga ada di Al Quran. Sejenak aku termenung dan aku merasa ada yang terlewat dalam hidupku, dimana telah bertahun-tahun aku membaca Al Quran namun tidak pernah tau apa isinya, apa makna dibalik indahnya tautan huruf-huruf Hijaiyah dan merdunya suara guru Ngajiku?



Friday, January 29, 2010

Bukan “nanti gimana?” hajar ajah “gimana nanti!”

Bismillahirahmanirahim, segera wujudkan mimpimu. Jangan terlalu banyak bertanya “nanti gimana?”, Allah akan meridhai niat baik mu dengan limpahan rezeki. Tetap semangat, positif dan bersyukur.

-inspired by rurry true story-



Metromini Race

Sosoknya bongsor dengan suara menggelegar kembali berlari melesat setelah sesaat berhenti untuk menaikan penumpang. Dengan nafas yang menderu ia kembali mengejar posisinya yang sempat tersusul saat berhenti tadi. Saat jarak semakin dekat, ia pun mencari celah untuk menyalip. Suaranya yang kian mengerang ganas mulai memperjelas kondisi ketatnya persaingan berpadu dengan egoisme lawan untuk tetap di depan bertabur bumbu manuver-manuver yang dilancarkan ke segala arah.

Kompetisi harian ini juga menyisakan kekalahan, malam ini di sisi pembatas jalan yang porak poranda, aku melihat satu dari mereka yang tengah berhenti terengah-engah. Terdiam meratapi nasib keluar dari kompetisi, meratapi waktu dan sisa tenaga yang sebetulnya masih dapat dimaksimalkan untuk meraih kesempatan menjadi juara. Sebuah mobil Derek kulihat tengah menancapkan rantai dan kaitnya, menuntunnya memperoleh pengobatan tradisional yang sudah cukup lama dikenal mujarab untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, ketok magic.

Besar Pasak Daripada Tiang

Gelap malam menjadi gemerlap oleh warna-warni lampu pertokoan di sepanjang pasar bendhil. Aku dan ke dua kawanku menikmati hiruk pikuk pekerja kasar Jakarta yang sibuk membelanjakan upah mingguan yang baru didapat tadi sore. Demo ketajaman pisau dalam mengiris berbagai jenis sayuran menjadi perhatian pengunjung. Namun mataku tertuju pada pedagang jam yang menggelar berbagai merek jam tangan, harga yang ditawarkan pun woaaw. Bayangkan untuk jam dengan model jarum sederhana merek Swiss Army, Rado, Guess tanpa penunjuk tanggal dan bulan setelah ku tawar bisa kutebus dengan harga seporsi nasi goreng Solaria.

Seaat kemudian Swiss Army Nasi Goreng ini pun sudah bertengger di tangan kiriku, mulai menjadi Gadget yang menemani detik demi detik kehidupanku. Aku mulai senang menandai waktu dengan melihat ke kiri bawah. Ooo aku biasanya sudah mulai ngantuk jam segini..Ooo aku mulai kangen pacarku jam segitu..dan Ooo seterusnya. Esok paginya Ooo itu pun berlanjut Ooo aku bangun pagi jam… kok jam 3 pagi cahaya jendela terang banget, kuperiksa jarum yang paling tipis kok tidak bergeming. Kucoba menarik tuasnya dan mencocokkan waktu dengan ponsel ku dan tetap tidak bergeming, kucoba goyang-goyang namun tetap saja mati hehehehe hipotesis pertamaku “Ketiadaan energy yang bersumber dari batre yang kosong akan menyebabkan jam tidak beroprasi”

Untuk membuktikan hipotesisku, aku pun segera meluncur ke kios jam di Plangi. Benar rupanya tanda-tanda kehidupan mulai berdetak saat suplai energy dari batre baru disuntikkan kedalamnya. Dengan wajah berbinar aku pun menanyakan ongkos ganti dan harga batre dan sesaat aku terperangah sambil membayar harga seporsi nasi goreng Solaria ditambah segelas orange juice ke pemilik kios jam.



Thursday, January 28, 2010

Sahabat

Dia datang bergabung dengan raut melodrama yang menguras air mata, awan mendung yang menyelimuti hatinya hadir di tengah hingar bingar kegembiraan reuni kecil teman-teman semasa kuliah.

Ia mencoba menahan, namun mendungnya malah semakin hitam. Kalau saja ia tidak menumpahnya mungkin air mata akan segera mengalir deras dari matanya.

Kisah ini kembali berulang menjadi lingkaran yang berputar vertical, menjadi siklus kebahagiaan di atas dan kenestapaan pada bagian bawahnya. Ceritanya kembali berulang mengundang senyum simpul ku, entah karena kenyang benderang atau simpati kami sudah menipis untuknya. Episode kisah yang terlalu mudah untuk ditebak, selalu berulang dengan kecepatan yang berbeda. Cepat atau lambat, mari kita bertaruh :D

Wednesday, January 27, 2010

kemepul teh sore

Warna merah kecoklatan tersaji hangat dengan aroma wangi perkebunan kemuning nan segar. Menyeruak dari gelas bening hingga seketika kinerja otak berfantasi menyusuri lereng pegunungan hijau, Wangi ini terus menggoda hidung untuk mengkoordinasikan tangan dan mulut, saat berikutnya adalah rabaan hangat yang menjulur dari tangan lalu mulai membasahi lidah. Mengecapkan manis dan pahit getir dalam hangat yang kembali menjalar menuju tenggorokan hingga terasa merata di dalam perut. Suara air teh yang diseruput perlahan oleh bibir itu masih saja terngiang seiring dengan sisa hangat di bibir. Kali ini kan kupastikan hangat yang sama kembali ku kecap, hembusan udara lembut ditiupkan mulut merebakkan aroma dingin pegunungan ke hidung. Ritual berikutnya kembali terulang, manis dan pahit getir itu kembali membasahi tenggorokan dan menyisakan sensasi getir menggetarkan lidah untuk beberapa menit. Aku kembali mengulang hingga rasa getir semakin terasa kuat seiring dengan ampas teh yang mulai tampak mendominasi isi gelas.