http://www.blogger.com/html?blogID=18866661 Edit HTML eruan: February 2010

Friday, February 05, 2010

Rumah Dara

Sembilah puluh menit menahan nafas bersama gergaji mesin yang berputar menyeringai memamerkan geriginya yang tajam untuk memuncratkan cairan merah segar. Alunan mendayu keroncong yang mengiringi setiap teror membungkam erangan kesakitan saat pisau-pisau tajam mulai menyayat kulit dan sedikit demi sedikit mengupas daging segar hingga cairan merahnya mengalir perlahan.

Sesaat aku tertegun melihat sajian artistik bergaya art nouveu kolonial belanda di dalam rumah yang berdiri kokoh sejak era 1880an. Potongan kepala binatang yang diawetkan dipajang berjejar berdampingan dengan berbagai senjata api dan tajam kuno. Pada bagian tengah terdapat sebuah proyektor film seluloid menayangkan sebuah rekaman dokumentasi keluarga. Tampak tiga anak yang tekun mempelajari anatomi tubuh manusia, gambar selanjutnya adalah seorang pria yang diikat di kursi dengan kepala yang ditutupi kantung kresek. Sesaat kemudian anak-anak itu mendekati pria tersebut, kemudian seorang ibu melangkah mendekati ke tiga anak tersebut kemudian membukakan gulungan kain yang berisi berbagai pisau daging.

Tusuk konde hitam tajam berbahan logam dengan ujung yang membentuk lingkaran tampak anggun menjaga gulungan rambut Dara. Rambut yang hitam itu tiba-tiba tergerai seiring dengan cairan merah yang kembali membasahi lantai. Ujung tajam logam hitam itu mulai menyentuh kulit dan terus menusuk daging segar, begitu jelas dengan warna merah kehitaman saat logam itu berputar menyayat luka yang lebih lebar.

Lantai marmer yang kokoh dan dingin tampak licin dan anyir, warnanya yang putih gading perlahan mulai menjadi merah tua. Di beberapa bagian tampak menggumpal terkena udara dingin malam itu, namun lelehan merah tua itu terus mengalir perlahan dan terus bertambah sepanjang sembilan puluh menit yang mencekam.



Thursday, February 04, 2010

Los Brengos

Semut beriring yang melintas di antara bibir atas dan hidung kami kini mulai bergerak acak, barisan yang rapi itu perlahan mulai chaos seiring dengan penambahan massa yang berkali-kali lipat. Kondisi ekstrim tetap dimiliki Rully, melingkar panjang di sudut kanan dan kiri, kedua aku dengan ketebalan di bagian tengah lalu wawan walaupun jarang namun tampak sedang chaos sekali. Kami pun membahas kenyamanan dalam merawat peternakan semut ini, satu tips yang diwejangkan Rully pada kami adalah jangan melirik kerok jenggot di super market. Tips ini cenderung manjur untuk menguatkan tekad dan kami pun segera merapatkan barisan serta menyatukan langkah demi Los Brengos.

Sebuah identitas counter culture terhadap metroseksual yang sedang mendominasi belantika dandanan pria. Kami mengadopsinya dari penjual tesate dengan gaya kumis legendarisnya itu. Menebal di tengah dan melingkar di bagian tepinya. Menjadi trend setter bukan hal mudah, selalu dibutuhkan upaya berkali-kali lipat untuk menjadi pioneer.

Kami berkumpul malam ini di warung makan yang memiliki nama mirip toko besi. Indah Jaya, sebuah brand name gaya sansakerta untuk mengkomunikasikan obsesi sang pemilik merek. Perbincangan mulai berlangsung seru saat membahas belantika di kancah perkumisan beserta ide-ide yang tercetus dari photo session, bikin t-shirt hingga membuat group di facebook.

Rembug poro brengoser ini berakhir tepat di jam 9 saat rully menyadari semakin menipisnya persediaan angkot menuju rusun. Kami pun kembali ke peraduan masing-masing dengan wajah bersahaja, gemah ripah wibawa mukti.




Wednesday, February 03, 2010

Pensil Terbang

Gang Pancasila kulalui dengan vespa merahku, gang sempit yang hanya bisa dilalui dua motor ini membelah hunian padat penduduk di Gondomanan. Aku terus menyusuri ke arah kali Code, hingga menemui studio seni yang damai diantara hiruk pikuk Yogyakarta, berwarna mencolok dengan perpaduan desain arsitektural Bali dan Jawa.

Seorang sahabat yang selalu memiliki antusias untuk bermain tinggal di sini. Sapaannya yang ramah selalu menyambutku untuk mulai berdiskusi panjang. Biasanya dengan ditemani segelas teh hangat kami mulai bercerita tentang karya, saat sebuah ide muncul memicu hasrat serta semangat untuk bermain, mewujudkan fantasi imajiner yang terus melayang di kepala. Setiap detil bentuk terus bermunculan seiring dengan tangan yang mulai membuat cetakan lilin. Paduan bentuk minimalis dengan komposisi warna es krim batang rasa buah berisi kerang-kerang cantik menjadi hasil kerja seni yang mendominasi tempat itu.

Mas Andi masih mirip Pak Sumbo kah?




Dikunjungi Jogja

Benakku kembali melayang ke ruko tepi kali Code. Sesaat setelah memarkir vespa merahku, ambil absen lalu menunggu satu persatu mahasiswaku masuk ke kelas. Copywriting Class begitu kami menyebut acara tersebut, sebuah ajang diskusi iklan di Modern School of Design yang berbobot 2 SKS. Iklan menjadi topik utama yang kita bedah dalam 25 sudut pandang, kadang beberapa sudut pandang baru bergabung belakangan karena mereka baru datang ke kelas. Di sini kita mencoba menyadari keberadaan iklan hingga produk yang selama ini mereka beli secara inersia. Diskusi kadang berlangsung menyenangkan satu persatu dari mereka mengutarakan opininya tentang sebuah produk, pengalaman pribadi hingga testimoni menjadi bumbu menyenangkan saat mereka memaknai sebuah iklan. Masih dalam konteks yang sama siang ini, mereka datang mengunjungiku. Senang rasanya melihat kembali wajah-wajah segar penuh ide yang siap diledakkan, darah-darah muda yang haus segarnya jus kreatifitas dan semangat berapi-api untuk bermimpi merubah dunia. Mereka berkumpul di garasi kantor di selatan hiruk pikuk ibu kota, kembali berdiskusi, tertawa bersama merasakan pijar-pijar mereka yang perlahan mulai bersinar terang
Matur suwun sampun dugi dateng Double Tape

PPD

Nafas memburu diantara raungan gas yang mengerang garang melalui lintasan trayek mengejar target setoran harian. Lengkingan suara kenek berteriak lantang menawarkan pemberhentian berikutnya. Manuver cepat dan lihay pun dilancarkan untuk melesat cepat melintasi rintangan kemacetan yang terus menghampiri tanpa henti. Fluktuasi percepatan dan perlambatan terjadi begitu ekstrim meningkatkan adrenalin untuk berfikir cepat mengantisipasi semua kemungkinan yang akan terjadi.
Dipicu rocknroll sangat cadas di telingaku.

Pemakzulan

makzul v berhenti memegang jabatan; turun takhta;
memakzulkan v 1 menurunkan dr takhta; memberhentikan dr jabatan; 2 meletakkan jabatannya (sendiri) sbg raja; berhenti sbg raja;
pemakzulan n proses, cara, perbuatan memakzulkan

Sekedar penasaran membaca beberapa headline berita banyak menggunakan kata ini, nah secara definisi pemakzulan ini secara bebas bisa disinonimkan dengan kudeta. Hmmm indahnya keragaman bahasa Indonesia mulai dapat kurasakan, tentu pemakzulan secara rasa berbeda dengan kudeta. Pemakzulan terasa lebih halus dan lebih sopan.




Tuesday, February 02, 2010

Mall Ambassador

Mengunjungi sebuah tempat untuk yang pertama kalinya begitu menarik bagiku. Sensasi dari debaran takut nyasar dipadu dengan tanpa gambaran biasanya akan memicu otakku untuk membuat fantasi deskripsi tempat tersebut. Ba`da magrib ini aku akan menepati janjiku mencarikan tiket Air Asia ke jogja dan counter terdekat adalah Carrefour Mall Ambassador.

Petualangan ini diawali dengan bantuan Pak Amat yang rela mengantarku dengan motornya ke Mall Ambassador. Kelihaian Pak Amat dalam menembus kemacetan Jakarta di saat jam pulang kantor memang tidak diragukan lagi, namun membawa penumpang dengan kaki panjang sama sekali tidak diperhitungkannya. Jadi mataku dipaksa awas untuk mengamati setiap manuvernya dalam menyelip-nyelip. Entah sudah berapa kali dengkulku hampir menghajar mobil, motor atau pengendaranya. Sesampainya di sana tidak terlalu menarik…yeaaaah just the ordinary mall.