Warna merah kecoklatan tersaji hangat dengan aroma wangi perkebunan kemuning nan segar. Menyeruak dari gelas bening hingga seketika kinerja otak berfantasi menyusuri lereng pegunungan hijau, Wangi ini terus menggoda hidung untuk mengkoordinasikan tangan dan mulut, saat berikutnya adalah rabaan hangat yang menjulur dari tangan lalu mulai membasahi lidah. Mengecapkan manis dan pahit getir dalam hangat yang kembali menjalar menuju tenggorokan hingga terasa merata di dalam perut. Suara air teh yang diseruput perlahan oleh bibir itu masih saja terngiang seiring dengan sisa hangat di bibir. Kali ini kan kupastikan hangat yang sama kembali ku kecap, hembusan udara lembut ditiupkan mulut merebakkan aroma dingin pegunungan ke hidung. Ritual berikutnya kembali terulang, manis dan pahit getir itu kembali membasahi tenggorokan dan menyisakan sensasi getir menggetarkan lidah untuk beberapa menit. Aku kembali mengulang hingga rasa getir semakin terasa kuat seiring dengan ampas teh yang mulai tampak mendominasi isi gelas.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment