http://www.blogger.com/html?blogID=18866661 Edit HTML eruan: Negeri Kelabu

Thursday, December 15, 2005

Negeri Kelabu

Cerita ini dimulai saat aku membaca sebuah artikel Elias Widhi yang dimuat di kompas, tepat di Hari Buruh di tahun ini. Artikel ini merupakan sinopsis dari Momo, sebuah buku karya Michael Ende yang terbit dalam bahasa Jerman pada 1973. Alinea demi alinea kutelusuri hingga membawaku ke sebuah negeri seperti tempat tinggal Momo, negeri ini berada dibawah kekuasaan tuan-tuan berpakaian kelabu, bertas kelabu, serta menghisap cerutu berasap kelabu. Tuan-tuan kelabu ini menganjurkan orang untuk menghemat waktu, sebab waktu sangat berharga. Menurut mereka orang tak perlu membuang-buang waktu untuk mengobrol dengan orang lain, menengok orang tua, atau sekedar menikmati udara pagi. Manusia harus lebih efisisen agar waktu bisa di hemat dan ditabung. Bujukan ini sangat efektif. Orang-orang berusaha keras menghemat waktu dan menghindari penggunaan waktu yang tak perlu. Lambat laun mereka menjadi sangat individualis, pemarah, mudah stress dan saling tidak memperdulikan antara satu dengan yang lain. Anak-anak semakin jarang bermain kreatif karena permainan kelompok telah digantikan oleh mainan-mainan elektronik individualis. Mereka tak sadar bahwa waktu yang mereka tabung sebenarnya telah dicuri oleh para tuan kelabu untuk kepentingan mereka. Setiap hari awan gelap ketakutan selalu menghantui mereka, takut kehabisan waktu, takut tertinggal, takut tak dapat melampaui target, dan takut-takut yang lain yang memaksa setiap orang pergi kekantor dengan make-up untuk menutupi wajah pucat mereka lengkap dengan kacamata kuda yang selalu menuntun mereka ke target-target di hari itu dan sepasang head set yang selalu berteriak “lalui targetnya!!!” secara berulang-ulang…..setiap menit, hari, bulan…hingga tahun yang kemudian terakumulasi menjadi sebuah siklus kehidupan teratur yang sangat homogen…dimana mereka menggunakan baju-baju dengan model yang sama, sarapan pagi dengan menu yang sama setiap hari, sehingga tak heran jika mereka berjalan dan bernafas dengan cara yang sama pula. Setiap hari semua orang menjadi tergesa-tergesa untuk melampaui semua target yang dilihat, mereka tidak lagi sempat melihat keindahan di kanan dan di kiri, efektifitas ini pun kemudian menjadi tidak efisien saat semua orang berebut untuk mendapatkan target yang sama, dimana semua hal dihitung secara material…tidak ada lagi nilai-nilai sosial, hmmmm..untuk nilai yang satu ini seluruh penduduk telah total meninggalkannya, walau sulit…tapi akumulasi sistem baru ini perlahan mulai mencuci detil-detil tiap bagian setiap otak penghuni Republik Kelabu untuk berfikir secara untung-rugi. Ketakutan juga menghinggapi semua generasi muda, setiap orang muda saling mendahului untuk lulus kuliah demi mencuri start untuk mendapatkan pekerjaan sebelum saingan bertambah banyak….setiap orang muda, saling berlomba, saling sikut dan menjegal untuk bisa masuk dalam sistem yang mapan…sebuah sistem kemapanan yang menjanjikan kesejahteraan tanpa harus banyak berjuang…cukup lalui saja target yang diberikan sistem maka kesejahteraan akan otomatis mengalir atau cobalah sesekali over lap maka berbagai bonus dan kenaikan level berdasarkan prestasi kerja akan cepat diraih. Tapi di sela-sela sistem kemapanan ini, aku melihat sebuah perlawanan dari dari sekelompok kecil orang muda untuk mencoba bergerak dan berfikir ‘out from the box ‘. Mereka adalah orang-orang muda yang melepaskan kaca matanya dan melihat bebas ke kanan dan ke kiri untuk menikmati keindahnya alam ini. Sebuah keindahan yang dulu sempat mereka nikmati disaat kecil bersama orang tua dan kerabat mereka dibawah indahnya bulan purnama, sebuah keindahan yang kini hilang, tertutup berbagai macam rasa takut, dan dalam keindahan ini pulalah mereka bergerilya untuk menikmati hidup mereka dalam idealisme yang tanpa tekanan, dalam sebuah kehidupan anti kemapanan yang memanjakan mereka untuk berjuang hanya pada pekerjaan yang kita sukai, pekerjaan yang kita tekuni sejak kecil sebagai hobi atau bahkan sebuah proyek besar yang tampaknya tidak mungkin berhasil tanpa bergabung dengan sistem kemapanan, dimana disini semua itu dapat dilakukan secara independent dengan semangat do it your self, setiap orang muda disini bebas berekspresi pada bidang yang mereka sukai….sebuah kebebasan yang bertanggung jawab dimana kita harus siap menghadapi setiap resiko yang muncul kapan saja, bisa sekarang, besok, lusa, tahun depan…atau bahkan setiap hari….yang muncul dari sebuah pilihan yang bernama Anti Kemapanan…..dan saat aku sedang menikmati ritme dari sistem kecil ini, tiba-tiba sesuatu mengguncangku dan memaksaku untuk kembali ke mejaku diantara tumpukan order yang selalu mengajakku berpesta-pora dengan deathline-deathline-nya yang sangat ketat. My desk, saat tidur disela-sela project report, senin siang.

No comments: