Ada yang hilang dalam makna ibadah jumat siang ini. Semuanya berlalu tanpa siraman rohani yang terlanjur kering. Sebuah rutinitas yang dilakukan secara berkala setiap hari dengan ritme yang sama telang mengimunkan kita untuk tetap stuck in a moment. Dibalut dengan rutinitas aktivitas yang bergerak 24 jam sehari telah menggiring setiap individu untuk berada di pos-pos yang sama dalam sebuah monopoli raksasa yang melibatkan seluruh umat di negeri ini. Hasilnya sebuah prosesi shalat jumat yang tawar dan tak berbekas sedikitpun. Saat khotib sudah mulai membaca dengan nada yang di naik dan turunkan secara instant seolah ia menerangkan sesuatu. Patahnya jarum sutik Bullet theory ini telah menyebabkan komunikasi massa membias ke segala arah secara acak dan menguap sebelum menerpa komunikan, semakin keras komunikator berteriak semakin besar pula bias yang ia buat. Komunikan dan komunikator tidak lagi berkomunikasi mereka hanya berada ditempat yang sama karena dipertemukan oleh rutinitas dalam sebuah masjid. Komunikator tetap mengencode semua dogma dan ajaran agama secara membabi buta tanpa ia perduli kemana arah jarum suntiknya mengantarkan pesan. Rutinitas ini memaksa umat untuk menjadi komunikan yang tidak mendecode apapun karena memang tidak ada massage yang bisa didecode semua membias tanpa arah, mungkin beberapa bagian sempat terdecode namun tetap sulit untuk dimaknai secara terpisah. Saat prosesi ini telah sampai tahap akhir semuanya akan kembali kedunia tempat mereka mengejar mimpi setiap hari dan shalat jumat tetap lah shalat di hari jumat dengan massage yang selalu membias tanpa bekas.
No comments:
Post a Comment